TUGAS KOMUNIKASI "10 BUKTI TERTULIS KERAJAAN MAJAPAHIT:





10    Bukti-Bukti Tertulis Kerajaan Majapahit

1.  Prasasti Taji Gunung (910 M)
Berisi tentang penyebutan dewa-dewa dengan “Om, Namassiwayanamo Buddhaya”.Artinya “Selamat, bakti kepada Siwa dan Buddha.

2.  Prasasti Wurare (1289 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menahbiskan arca Mahaksobhya di Wurare. Gelar raja itu ialah Kartanagara setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha)
3.  Prasasti Kudadu (1294 M)
Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.
4.  Prasasti Sutamerta (1296 M)
Pada lempeng Xabariske-duadanke-tiga nama dewa disebut “Sri Maharaja, apan Sira Prabudewamurti, wirincinaraya nasantaratma”. Artinya “Sri Maharaja, karena beliau adalah seorang raja penjelmaan dewa, yaitu Wirinci (Brahma), Narayana (Wisnu), Sankara (Siwa).

5.  Prasasti Canggu (1358 M)
Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo. Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M). Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.
6.  Prasasti Karang Bogem (1387 M)
Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem. Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt), Mengenai sengketa tanah, persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adat setempat.
7.  Prasasti Katiden I (1392 M)
Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.

8.  Kitab Nagarakertagama

Dalam beberapa prasasti Majapahit yang memuat daftar dharmmaupapatti para pejabat dapat dikelompokkan kedalam golongan Buddha dan golongan Siwa. Diantara beberapa upappati ada yang menjabat urusan sekte-sekte tertentu seperti Bhairawapaksa, Saurapaksa, dan Siddhantapaksa. Dari kitab Sanghyang Kamahayanikan, diketahui terdapat sekte-sekte agama Buddha yang disebut Sang Wadisisya Bhagawan Kapila, Sang Wadhikanabhaksasisya, Sang Wadiwesnawa, Sakara, dan Wahyaka.

9.  Serat Pararaton
Serat Pararaton, (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja".
10.            Serat Darmagandhul
adalah suatu karya Sastra Jawa Baru berbentuk puisi tembang macapat yang menceritakan jatuhnya Majapahit karena serbuan tentara Demak yang dibantu oleh Walisongo.Darmagandhul ditulis oleh Ki Kalamwadi, dengan waktu penulisan hari Sabtu Legi, 23 Ruwah 1830 Jawa (atau sangkala Wuk Guneng Ngesthi Nata, sama dengan 16 Desember 1900). Sebagian ada yang berpendapat bahwa pengarang sesungguhnya adalah Ronggowarsito dengan nama samaran Kalamwadi, yang dalam bahasa Jawa dapat pula berarti kabar (kalam) yang dirahasiakan (wadi). Karya ini ditulis dalam bentuk dialog yang terjadi antara Ki Kalamwadi dan muridnya Darmagandhul. Namun teori itu terbantah, karena Ronggowarsito telah meninggal 29 tahun sebelumnya

Komentar

Postingan Populer